Cadangan mata uang asing global turun drastis sekitar 7,8 persen atau 1 triliun dolar AS, usai beberapa negara seperti India dan Republik Ceko melakukan intervensi untuk mendukung mata uang mereka. Imbas penyusutan tersebut kini cadangan mata uang asing yang ada di pasar global anjlok menjadi 12 triliun dolar AS, hanya dalam kurun waktu 10 bulan mulai dari Januari hingga Oktober 2022. Dilansir dari Straitstimes, penurunan ini bahkan tercatat jadi yang terbesar sejak 2003. Anjloknya cadangan devisa global mulai terjadi setelah dolar AS mengalami penguatan nilai, dimana indeks dolar yang mengukurgreenback menguat 0,91 persen menjadi 111,0740 pada penutupan perdagangan pasar spot Kamis (6/10/2022).
Melonjaknya indeks dolar ke level tertinggi dalam dua dekade, lantas membuat sederet mata uang asing lainnya termasuk euro, rupee dan yen amblas. Sehingga mengurangi nilai dolar dari kepemilikan mata uang ini. Penipisan cadangan mata uang asing juga memicu tekanan di pasar valas, hingga memaksa sejumlah bank sentral dari berbagai belahan negara untuk ikut menguras cadangan kurs mereka guna menahan depresiasi kurs. India misalnya, di sepanjang tahun 2022 negara Bollywood ini diketahui telah mengalami penurunan valas sebesar 96 miliar dolar AS menjadi 538 miliar dolar AS, guna menghambat amblasnya nilai rupee yang saat ini telah turun sebanyak 9 persen terhadap dolar.
ReserveBankofIndia (RBI) menjelaskan bahwa penurunan terjadi setelah adanya penguatan pada dolar AS, mengingat perubahan penilaian aset menyumbang 67 persen dari penurunan cadangan valas. Kemudian ada bank sentral Jepang yang September lalu tercatat telah menghabiskan cadangan valas sekitar 19 persen atau 20 miliar dolar AS, guna memperlambat penurunan yen dalam intervensi. Menyusul yang lainnya Republik Ceko dilaporkan turut menguras cadangan valasnya sebesar 19 persen sejak Februari, menginguti langkah bank sentral lainnya untuk menahan bearish pada mata uang koruna
Sementara di Asia kepala strategi internasional Deutsche Bank AG, Alan Ruskin mengatakan bahwa sejumlah negara di benua ini masih memiliki kekuatan untuk tidak melakukan intervensi, meskibeberapa bank sentral termasuk Indonesia, Malaysia, China dan Thailand belum membukukan devisa terbaru mereka. "Beberapa negara terutama di Asia bisa berjalan dua arah, memperlambat pelemahan, dan menimbun kekuatan." kata Alan Ruskin, kepala strategi internasional di Deutsche Bank. Praktik penggunaan cadangan devisa untuk mempertahankan mata uang, bukanlah kali pertama yang dilakukan bank bank sentral dunia.
Umumnya bank sentral akan membeli dolar dan membangun persediaan mereka untuk memperlambat apresiasi mata uang saat modal asing membanjiri. Ketika mata uang mereka mulai terdepresiasi, bank sentral lantas akan menarik cadangan valas guna melunakkan pukulan dari pelarian modal. Meski dapat memicu penyusutan devisa global, namun sejauh ini cara tersebut dapat membantu beberapa negara menahan depresiasi kurs.